ADILKAH NEGARA INI ?
Adilkah negara ini disaat semua orang sibuk dengan labirin
raksasa mereka masing masing, membuat gedung-gedung pencakar langit, membuat
kerajaan mereka sendiri di sebuah negara dan membuat kerajaan di dalam
kerajaan. Indonesia yang memliki berbagai macam pulau yang sangat luas,
beribu-ribu pulau disana masih sangat alami hampir sama sekali tidak tersentuh
oleh manusia. Tapi bagaimana dengan daerah perbatasan indonesia ? banyak pulau-pulau
di indonesia yang berbatasan dengan negara-negara lain dan juga banyak berita
pada saat itu membahas tentang pengambil alihan pulau diperbatasan oleh negara
lain akankah kita hanya bisa melihat dan hanya bisa menyuarakan berteriak dan
memaki –maki negara yang mengambil alih pulau perbatasan. Kutipan kisah ini
mungkin akan mengembalikan memori anda dan juga menggerakan hati anda bahwa
mereka sodara kita yang hidup di daerah perbatasan harus hidup layak selayaknya
kita yang hidup didaerah ibukota.
Negeri Sempadan
Pemerintah Indonesia juga sibuk berkata-kata, baik melalui
Pemerintah Indonesia juga sibuk berkata-kata, baik melalui
media maupun kebijakan-kebijakan yang
dibuatnya. Selama
ini informasi penting hanya dikuasai
penguasa, orang kampung
cuma menjadi objek dan iwak peyek.
Padahal demokrasi bukan
cuma milik pemerintah, partai politik
dan kroni-kroninya, tetapi
juga kepunyaan orang kampung nun jauh
di sana, di perbatasan
negara.Setakat ini
perbatasan Kalimantan Barat dengan Sarawak-
Malaysia yang panjangnya sekitar 966
kilometer belum juga diurus
dengan baik. Sempadan negeri yang
seharusnya menjadi etalase
bangsa karena berdepan langsung dengan
dunia internasional,
kondisinya tak lebih baik dari dapur
kumuh orang Jakarta.
Padahal Indonesia merdeka sudah lebih
dari 67 tahun! Apakah
tak berlebihan jika nasionalisme warga
perbatasan ditagih hingga
ke sum-sum tulang, sedangkan mereka—penjaga
garda terdepan
bangsa di batas negara—cuma dibekali
bendera merah putih saja
untuk bertahan?
Ketika jalan tol dibangun silang-menyilang, gedung pencakar
Ketika jalan tol dibangun silang-menyilang, gedung pencakar
langit tiap menit tumbuh di ibu kota
negara, warga perbatasan
cuma melongo menontonnya di tabung
televisi. Nun di sebarang
sempadan sana—sanak saudaranya yang
tinggal di Malaysia—
hidup berkecukupan. Fasilitas tersedia,
jalan raya mulus dan
kampung terang benderang menyenangkan.
Sebaliknya mereka
hanya bisa mendengar kisah kemakmuran
negerinya sendiri tak
lebih dari sekadar dongeng Enggang.
“Hampir setiap malam listrik yang di kelola oleh PLN unit Badau
“Hampir setiap malam listrik yang di kelola oleh PLN unit Badau
ranting Putussibau Kapuas Hulu
Kalimantan Barat sering mati
pada jam 19 malam, ketika konsumen
sedang lagi sibuk mengurus
kampung tengah alias makan,” tulis
Nobel, blogger dari Badau,
Kabupaten Kapuas Hulu di http://nobeliusbadau.blogspot.com.
Blogger Entikong, Yana (http://anaksemanget.blogspot.com.)
Masih adilkah
negeri ini dengan mereka yang ada diperbatasan sana, kita hanya melihat satu sisi dari negeri ini
dan tidak melihat mereka yang berjuang sendiri melindungi negara ini tanpa
senjata atau tanpa alat perang selayaknya pejuang tapi hanya dengan bendera
merah putih yang begitu sangat mereka
hargai, mereka ikhlas memperjuangkan negara ini tanpa mereka menuntut apa apa
dari negara ini yang hanya bisa membuat peraturan tanpa berfikir tentang saudaranya didaerah perbatasan.
Komentar